ALL LOGO

ALL LOGO

Kamis, 23 Februari 2012

Bunda

Bunda

“Oh…… Bunda…….
Bundaku yang tercinta,
Bundaku yang kupuja,
Cintamu tak terlupa,

Sungguh mulia hatimu,
Sungguh besar cintamu,
Dengan telatennya,
Merawatku,
Sejak dalam kandung,
Sampai ku dewasa,

“Oh…. Bunda…….
Jasamu tak ku lupa,
Cintamu tiada tara,
Jika ku di dekatmu,
Terasa nyaman,

Dirimu bagai rembulan,
Jika ku bersedih,
Dirimu slalu ada,
Jika aku sakit,
Belaian do’amu slalu setia,

Dirimu sangat berarti,
Tanganmu bagai mentari,
Do’amu slalu kunanti
Yang slalu menyinari.

Susi Hamborowati


ASAL USUL NAMA SURABAYA

Pada zaman dahulu, dilaut sering terjadi perkelahian antara buaya dan ikan hiu. Ikan hiu itu dikenal dengan nama ikan Sura. Mereka berkelahi hanya karena berebut mangsa. Selama mereka berkelahi belum pernah ada yang menang ataupun kalah. Oleh karena itu, mereka kemudian merasa jemu kalau harus terus berkelahi.
“Aku bosan terus-terusan berkelahi, buaya” kata ikan sura.
“Aku juga, ikan sura. Lalu apa yang harus kita lakukan agar kita tidak berkelahi ?” tanya buaya. Sebaiknya kita berbagi daerah kekuasaan menjadi dua. Aku berkuasa sepenuhnya di dalam air dan kau berkuasa di daratan. Bagaimana, buaya ?”
“Baiklah aku terima usulmu yang bagus itu !” Jawab buaya.
Akan tetapi, pada suatu hari, Ikan Hiu Sura mencari mangsa di sungai. Buaya memergoki perbuatan ikan hiu Sura ini.
“Hai sura, mengapa kamu melanggar peraturan yang telah kita sepakati berdua ?” tanya buaya.
“Aku melanggar kesepakatan ? Bukankah sungai ini berair. Bukankah aku sudah bilang aku adalah penguasa di air ? Nah, sungai ini kan ada airnya, jadi termasuk juga daerah kekuasaanku,” kata ikan hiu Sura.
“Apa ? sungai itu kan tempatnya didarat sedangkan daerah kekuasaanmu ada di laut; tetapi juga air sungai” jawab ikan hiu Sura.
“Kalau begitu kamu mau membohongiku lagi ? Baiklah, kita buktikan saja siapa yang memiliki kekuatan yang paling hebat!” kata buaya. Akhirrnya mereka berkelahi lagi.
Kedua binatang raksasa tanpa istirahat terus menerus bertarung mati-matian. Dalam pertarungan sengit ini, buaya mendapat gigitan ikan hiu Sura di pangkal ekor sebelah kanan. Selanjutnya, ekornya itu terpaksa selalu membelok ke kiri. Buaya puas telah dapat mempertahankan daerahnya.
Ikan hiu Sura telah kembali lagi ke lautan. Pertarungan ikan hiu Sura dan Buaya melekat dihati masyarakat surabaya.
Tak heran nama surabaya dikait-kaitkan dengan peristiwa ini. Bahkan, lambang Ikan Hiu Sura dan Buaya dipakai sebagai lambang Kota Madya Surabaya.