Menemukan Indahnya Masalah
Tanggal 24 Desember 2004 terjadi Gempa & Tsunami di Aceh, 27 Mei 2006 peristiwa yang sama melanda Jogja & Jateng, kemudian tsunami di Pangandaran dan tanah longsor di Wasior, Irian Jaya. 25 Oktober 2010 tsunami di Mentawai, disusul erupsi Gunung Merapi 26 Oktober 2010, juga Gunung Semeru & Krakatau pada bulan November 2010 dan Gunung Bromo pada bulan Desember 2010, sungguh tragis dan memilukan. Pernahkah terfikir bahwa semua kejadian tersebut adalah hadiah terindah dari Tuhan ?
Bayangkan kita di posisi seperti para korban bencana tersebut, atau mungkin saat ini ada di antara kita yang masih terkulai lemah karena sakit-penyakit atau raga yang menua, atau kita saat ini sedang menahan lapar (karena menghemat uang untuk ongkos mudik natal), atau mungkin saja pusing karena pegawai bank yang tiap hari datang menagih cicilan, sementara hasil sawah dan lading yang tidak mencukupi, atau kita sedang galau dengan sederet ulangan dan bertumpuk-tumpuk tugas dari sekolah/kampus yang nggak ada habisnya, atasan yang menyebalkan (karena setiap hari marah-marah dan menuntut kita begini-begitu), rekan kerja yang berbuat curang pada kita, pertengkaran suami-istri, anak-orang tua, atau sesama saudara yang jelas semua itu membebani fisik dan fikiran kita. Tahan bibirmu dari umpatan dan sumpah serapah yang menghujat Tuhan. Bisakah kita berkata bahwa semua hal tersebut sungguh indah? Tak perlu membandingkan keadaan kita dengan keadaan orang lain yang “nampaknya” lebih indah (karena hal yang tidak indah pasti mereka sembunyikan). Semua yang terjadi dalam hidup kita adalah INDAH.
Bicara (atau menulis) memang mudah, tapi ketika kita sungguh-sungguh mengalaminya, masih bisakah berkata pada Tuhan : “Terima kasih Tuhan, natal kali ini sungguh sangat indah”. Karena dengan kita mengalami kemalangan/bencana/masalah apapun, kita menjadi sangat merasakan bahwa Tuhan masih menolong kita, masih menopang kita, kita “jatuh” tetapi tidak sampai “tergeletak”. Ingatlah bahwa Tuhan kita tak pernah tertidur, pertolonganNya tidak datang terlalu cepat, juga tidak pernah terlambat. (Ester Bulukerto)