ALL LOGO

ALL LOGO

Senin, 21 Mei 2012

pidato hari kartini


Assalamu’alaikum Wr.Wb.



Pertama-tama marilah kita memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan tafiq hidayah dan inayahnya kepada kita semua sehingga kita bisa bertatap muka, berkumpul dalam dalam rangka mengenang dan memperingati Hari Kartini. Tanpa halangan suatu apa. Alhamduillah
Sholawat dan salam semoga tercurah selalu kepada Baginda Rosullullah Muhammad SAW. Sang remormis sejati.
Pada hari ini kita berkumpul dalam rangka memperingati hari kartini yang jatuh pada tanggal 21 April tiap tahunya. Dan perlu kita reflesikan bersama bahwa peringatan atas pahlawan bukan sekedar kita membuat seremonial belaka dengan symbol-simbol penghormatan tanpa nilai. Tapi justru yang terpenting adalah bias mengambil keteladanan sosok pahlawan yang kita hormati ini.
Sehingga yang sangat kita perlukan saat ini dalam kita meneladani sosok kartini adalah bagaimana kita meneladani visi mimpi dan perjuangan seorang Kartini.  Namun realita sekarang ternyata peringatan dan pengenangan terhadap pahlawan  hanya pada perayaan seremonial yang terkadang justru kurang memberi nilai kemanfaatan. Misalkan sering kita melihat perayaan atas Hari Kartini dengan cara yang kurang etis.  Selain itu konsep emansipasi wanita sekarang ini justru banyak disalah artikan sehingga benar Jika Kartini sekarang masih hidup, dia pasti akan menyerang pengertian emansipasi yang ada seperti sekarang ini. Kartini akan menyerang kontes ratu-ratuan yang mengumbar aurat, Kartini akan menyerang keinginan perempuan untuk menjadi seperti pria yang sebenarnya berangkat dari perasaan rendah diri dan pengakuan jika pria lebih unggul, sebab menurut Kartini, perempuan dan laki-laki itu memiliki keunggulan dan juga kelemahannya masing-masing yang unik, sebab itu mereja memerlukan satu dengan yang lainnya, saling melengkapi.
Hadirin yang kami hormati.
Ketokohan wanita untuk tampil mengambil peran sentral dalam masyarakat, ternyata selalu hadir disetiap zaman. Baik dalam kancah internasional maupun nasional, misalkan dalam lingkup nasional Hampir setiap wilayah di nusantara sebenarnya memiliki tokoh perempuan atau setidaknya nilai tradisi yang menempatkan  perempuan dalam posisi sentral. misalkan pada masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat yang menganut sistem kekerabatan matrilineal.
Tokoh perempuan lain di nusantara yang sempat mengukir prestasi spektakuler sebagai the change of social agent antara lain Martha Christina Tiahahu yang gigih berjuang bersama Pattimura di Maluku, Cut Nyak Dien dan Cut Muthia dua srikandi dari Nanggroe Aceh Darussalam yang tak kenal menyerah untuk mengusir pendudukan pasukan Kape (Belanda) di bumi persada, tak ketinggalan nama Herlina Efendi yang dianugerahi pending Cendrawasih Emas dari pemerintah RI atas jasanya untuk membebaskan Irian Barat dari pendudukan kolonial Belanda.
Begitupun sejarah mencatat tentang pejuang dan tokoh perempuan ditempat dan wilayah-wilayah di nusantara.
Bapak dan Ibu …… yang kami hormati.
Sampai disini popularitas Kartini sebagai pencetus gerakan emansipasi wanita di nusantara masih selalu dibicarakan. Sosok kartini merupakan sosok simbolis seorang yang terkekang lemah dalam tradisi dan lingkungan yang kurang memungkinkan wanita mengambil peran dan kesetaraan. Sehingga ketokohan kartini bias diambil contoh semangat untuk mengubah nasib kesetaraan dan emansipasi.
Indonesia ditengah gejolak dan kemelut kebangsaan yang melanda sangat membutuhkan optimisme dan tindakan riil untuk membangun bangsa. Sehingga peringatan hari Kartini ini bisa dijadikan motvasi untuk membangun bangsa dari keterbelakangan, karena dengan sosok kartini yang merupakan sosok wanita yang mempunyai inisiatif untuk merubah nasib dan bercita-cita tinggi yang perlu diteladani oleh wanita dan kartini muda saat ini dalam bersama membangun bangsa kea rah yang lebih baik.
Demikian yang bias saya sampaikan, kurang lebihnya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bangunan Awet Bikin Budaya Gotong Royong Hilang


Bangunan Awet Bikin Budaya Gotong Royong Hilang
Budaya Gotong Royong

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Bangunan dengan usia pemakaian lama atau bangunan awet dapat melenyapkan budaya gotong-royong di masyarakat. "Bangunan-bangunan temporer yang punya masa ganti lebih cepat, punya keunggulan melestarikan gotong royong," kata Dosen Arsitektur Universitas Indonesia (UI), Yandi Andri Yatmo, dalam jumpa pers peraih Holcim Award, di Jakarta, Kamis (3/5).

Yandi mengatakan masyarakat di sejumlah daerah Indonesia selalu menjunjung tinggi gotong-royong ketika terlibat dalam kegiatan membangun bagi anggota masyarakatnya.

"Pemakaian bahan temporer seperti kayu dan bambu juga penting karena seringkali masyarakat lokal memiliki pengetahuan tentang bahan bangunan lebih baik dibanding arsitek," kata pengajar di Jurusan Aristektur Fakultas Teknik UI itu.

Beberapa pengetahuan lokal tentang bahan bangunan itu, menurut Yandi, seperti pemilihan pasak dibanding paku untuk menyambung kayu atau bambu. "Dengan pasak, dua bahan yang disatukan menjadi lebih kuat karena dengan paku bahan akan pecah," kata Yandi.

Yandi membantah anggapan bahwa arsitek selalu lebih pintar dari masyarakat di pedesaan dalam pengetahuan bangunan tidak dapat diterima.

"Hal yang justru harus disebarluaskan kepada masyarakat adalah kegiatan rancang bangun tidak selalu menggunakan bahan-bahan yang mahal, tapi dapat memakai bahan yang tersedia di sekitar daerah itu," kata Yandi.

Yandi menjadi pemenang dalam Holcim Asia Pasific Award karena proyek-proyek yang dikerjakannya bersama sejumlah arsitek dari UI di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur lebih mengutamakan kearifan lokal.

"Proyek bukan sekedar pengerjaan arsitektur dalam artian fisik, melainkan lebih pada pengkonstruksian situasi di mana komunitas menjadi sadar akan potensi dan kekuatan mereka," kata Yandi.