Asal Mula Gunung Batok
Zaman dahulu ada seorang keturunan bangsawan Majapahit yang tinggal di Pananjakan, dekat Gunung Bromo. Bangsawan Majapahit itu mempunyai seorang putri bernama Roro Anteng. Putri cantik itu sudah memilih calon pasangan hidupnya, seorang pemuda berwajah tampan bernama Joko Seger.
Karena kecantikan Roro Anteng itulah, seorang perompak dari Laut Utara datang untuk melamar Roro Anteng. Perompak itu terkenal dengan kebengisan dan kesaktiannya yang luar biasa.
Roro Anteng tidak mau diperistri perompak yang bengis itu. Ia mengajukan syarat minta dibuatkan telaga ditengah-tengah Gunung Bromo. Sebuah permintaan yang mustahil terpenuhi, namun, perompak itu menyanggupi permintaan Roro Anteng.
Perompak itu naik ke puncak Gunung Bromo hanya berbekalkan batok (tempurung kelapa). Ia duduk bersila sambil mengeluarkan kesaktiannya. Saat itu juga ia langsung mengeruk tanah hingga tengah malam telaga itu hampir selesai, tinggal mengisi air saja.
Ketika perompak itu sedang bekerja keras, Roro Anteng mengerahkan semua wanita yang ada di desanya untuk mengumpulkan ilalang serta tumpukan daun kering lalu dibakar hingga menimbulkan nyala api yang besar.
Pada saat yang sama, si perompak sakti itu tersentak kaget melihat fajar telah menyingsing. Ia begitu marah, batok pemberian gurunya dianggap tidak berguna lagi. Ia lemparkan batok itu dari atas bukit, ia tinggalkan telaga yang belum jadi itu. Ia gagal memperistri Roro Anteng.